Kamis, 03 Maret 2016

Stasiun Semut Surabaya


stasiun semut. (sumber : wikipedia)
SURABAYA -Stasiun dengan nama asli Stasiun Surabaya ini sudah menjadi pusat transportasi darat di Surabaya sejak zaman kolonial Belanda. Dibangun oleh pemerintah kolonial tahun 1870, stasiun ini awalnya bertujuan untuk sarana mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pelosok di Jawa Timur. Hasil bumi yang datang ke Stasiun Semut, langsung dibawa ke Pelabuhan Tanjung Perak untuk kemudian di kirim ke Belanda.
Hal tersebut berlangsung selama 30 tahun. Hingga pada awal 1900-an, jumlah pengguna kereta penumpang terus meningkat. Akhirnya, pada 11 November 1911, bangunan Stasiun Semut diperluas hingga ke bentuknya yang sekarang ini. Sejak saat itu, stasiun semut menjadi denyut dan pusat utama transportasi darat di Surabaya. Beragam kereta dari berbagai kota besar di pulau Jawa menjadikan Stasiun Semut sebagai tujuan utama. Stasiun Semut menjelma menjadi salah satu ikon Surabaya. “Dulu ada kereta Eendaagsche Express. Kereta ini beroperasi diawal tahun 1930-an. Eendaagsche Express ini hanya membutuhkan waktu 11 jam untuk menuju Jakarta. Saat itu, Stasiun Semut memang menjadi stasiun utama di Surabaya, bahkan Jawa Timur,” ujar manajer humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional 8 Surabaya, Suprapto(19/2).
Namun, sejak adanya Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi pada perten- gahan 1990-an, nasib Stasiun Semut berubah. Kini, Stasiun Semut hanya menjadi langsiran Kereta Api (KA) jarak menengah serta KA ekonomi jarak Dekat. Rute ke berbagai kota besar di Jawapun dialihkan ke Stasiun Gubeng dan Pasar Turi. “Saat ini yang melintas dan singgah di Stasiun Semut adalah KA Probowangi, KA Rapih Dhoho, KA Penataran, KRD Kertosono, KA Delta Ekspres, dan KA Arjuna Ekspres,” lanjut Suprapto. Tak hanya itu, sejak awal 1990-an pula, aksi vandalisme yang mulai marak juga menyasar Stasiun Se- mut. Bangunan dengan arsitektur kuno Eropa khas Belanda itu mulai dipenuhi goresan cat disanasini. Kondisi bangunan yang semakin menua juga memperparah keadaan Stasiun tertua di Surabaya ini. Miris, mengingat Stasiun Semut telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya Surabaya pada 26 September 1996.
Untuk itu, Suprapto mengatakan, pihaknya kini sedang merevitalisasi bangunan di Stasiun Semut. Dengan revitalisasi sejak tahun 2012 itu, KAI menginginkan agar bangunan di Stasiun Semut dikembalikan sesuai dengan bentuk aslinya. “Kami tak akan merubah bentuk maupun arsitektur yang ada. Kami ingin membuat bangunan di Stasiun Semut menjadi indah kembali, sesuai dengan bentuk aslinya,” terangnya. Suprapto berujar, saat ini pengerjaan sudah masuk tahap finishing. Jadi, ia berharap, dalam waktu dekat bangunan ini bisa kembali memukau mata. “Sekarang kami masih menunggu hasil uji dari pihak Surabaya Heritage dan pemerhati sejarah lainnya di Surabaya untuk meyakinkan bahwa bangunan yang direvitalisasi ini sudah sesuai dengan bentuk otentiknya,” beber pria asli Bandung ini.
Suprapto menuturkan, perbaikan ini menunjukan jika PT KAI serius menjaga cagar budaya yang ada. Nantinya, jika semua proses telah selesai, ia berharap agar Stasiun Semut bisa populer lagi. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan Stasiun Semut sebagai situs wisata sejarah di Surabaya. “Namun itu masih rencana. Kami masih harus mengkoordinasikan nya dengan pihak PT KAI Pusat untuk kelanjutan bangunan Stasiun Se- mut ini. Namun yang jelas, kami yakin Stasiun Semut akan kembali dikenal,” tutup Suprapto.
sumber: radar surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar